Rabu, 14 Desember 2011

ANTIBIOTIKA DAN RESISTENSI OBAT


Makalah Mikrobiologi Terapan
Dosen: Andi Fatmawati, S.Si., M.Kes

ANTIBIOTIKA DAN RESISTENSI OBAT



OLEH :
KELOMPOK 11
H10

NATANIEL HAIRUN P.                 (10.201.367)
YUSNIANTI PABONEAN              (10.201.341)
ROSMAWATI BINTI SABAN         (10.201.352)


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
MAKASSAR
2011
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmatNya kami dapat menyelesaikan tugas makalah Mikrobiologi Terapan yang berjudul antibiotik dan resistensi obat. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Andi Fatmawati, S.Si., M.Kes., selaku dosen pembimbing karena dengan adanya tugas ini dapat menambah wawasan kami.
Makalah ini berisikan tentang pengertian antibiotika, Golongan antibiotika, cara kerja antibiotika, manfaat antibiotika, efek samping antibiotika, definisi resistensi, klasifikasi resistensi, mekanisme terjadinya resistensi, akibat yang ditimbulkan akibat resistensi antibiotika.
Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini berguna bagi semua pihak. Sekian dan terima kasih.
Makassar,      Oktober 2011

                                Penyusun



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
B.   Tujuan
BAB II ISI
A.   Pengertian antibiotika, Golongan antibiotika, Cara kerja antibiotika, Manfaat antibiotika, Efek samping antibiotika
B.   Definisi resistensi, Klasifikasi resistensi, Mekanisme terjadinya resistensi, Akibat yang ditimbulkan akibat resistensi antibiotika.
BAB III PENUTUP
A.   KESIMPULAN
B.   SARAN
DAFTAR PUSTAKA
                
BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Antibiotika atau dikenal juga sebagai obat anti bakteri adalah obat yg digunakan untuk mengobati penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Alexander flening pada tahun 1927 menmukan antibiotika yang pertama yaitu penisilin. Setelah mulai digunakan secara umum pada tahun 1940, maka antibiotika biasa dibilang merubah dunia pengobatan, serta mengurangi angka kesakitan dan kematian yang disebabkan oleh penyakit infeksi secara dramatis.

Arti Antibiotika sendiri pada awalnya merujuk pada senyawa yang dihasilkan oleh jamur atau mikroorganisme yang dapat membunuh bakteri penyebab penyakit pada hewan dan manusia. Saat ini beberapa jnis antibiotika merupakan senyawa sintetis ( tidak dihasilkan dari mikroorganisme) tetapi juga dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri. Secara teknis, zat yang dpat membunuh bakteri baik berupa senyawa sintetis, atau alami disebut dengan zat anti mikroba, akan tetapi banyak orang menyebutnya dengan antibiotika. Meskipun antibiotika mempunyai manfaat yang sangat banyak, penggunaan antibiotika secara berlebihan juga dapat memicu terjadinya resistensi antibiotika.
B.   Tujuan
Untuk menjelaskan Pengertian antibiotika, Golongan antibiotika, Cara kerja antibiotika, Manfaat antibiotika, Efek samping antibiotika. Serta Definisi resistensi, Klasifikasi resistensi, Mekanisme terjadinya resistensi, Akibat yang ditimbulkan akibat resistensi antibiotika.









BAB II
PEMBAHASAN

A.   Pengertian antibiotika, Golongan antibiotika, Cara kerja antibiotika, Manfaat antibiotika, Efek samping antibiotika
Pengertian Antibiotika
Antibiotika berasal dari kata Anti yang berarti lawan dan Bios berarti hidup. Antibiotika adalah zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri, yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman.
Golongan antibiotika
Antibiotika dapat digolongkan sebagai berikut :
1.     Antibiotika golongan aminoglikosid, bekerja dengan menghambat sintesis protein dari bakteri.
2.     Antibiotika golongan sefalosforin, bekerja dengan menghambat sintesis peptidoglikan serta mengaktifkan enzim autolisis pada dinding sel bakteri.
3.     Antibiotika golongan klorampenikol, bekerja dengan menghambat sintesis protein dari bakteri.
4.    Antibiotika golongan makrolida, bekerja dengan menghambat sintesis protein dari bakteri.
5.    Antibiotika golongan penisilin, bekerja dengan menghambat sintesis peptidoglikan.
6.   Antibiotika golongan beta laktam golongan lain, bekerja dengan menghambat sintesis peptidoglikan serta mengaktifkan enzim autolisis pada dinding sel bakteri.
7.    Antibiotika golongan kuinolon, bekerja dengan menghambat satu atau lebih enzim topoisomerase yang bersifat esensial untuk replikasi dan transkripsi DNA bakteri.
8.    Antibiotika golongan tetrasiklin, bekerja dengan menghambat sintesis protein dari bakteri.

Setiap antibiotik sangat beragam efektivitasnya dalam melawan berbagai jenis bakteri. Ada antibiotika yang membidik bakteri gram negatif atau gram positif saja,  dan ada pula yang spektrumnya lebih luas, melawan ke duanya. Kemampuan antibiotika dalam menyembuhkan juga bergantung pada lokasi infeksi dan kemampuan antibiotik mencapai lokasi tersebut. Di samping itu, berkat kemajuan teknologi farmasi, pemakaian antibiotika generasi terakhir tidaklah seruwet sebelumnya. Banyak antibiotika kini digunakan dua kali sehari. Malah ada juga yang 1 kali sehari,  dengan kemampuan membunuh kuman yang lebih prima.
Antibiotika hanya bekerja untuk mengobati penyakit infeksi yang disebabkan bakteri. Antibiotik tidak bermanfaat mengobati penyakit  akibat virus, jamur, atau nonbakteri lainnya. Penggunaan antibiotik secara rasional diartikan sebagai pemberian antibiotik yang tepat indikasi, tepat penderita, tepat obat, tepat dosis regimen dan waspada terhadap efek samping obat yang dalam arti konkritnya adalah pemberian resep yang tepat, penggunaan dosis yang tepat, lama pemberian obat yang tepat, interval pemberian obat yang tepat, kualitas obat yang tepat, efikasi harus sudah terbukti, aman pada pemberiannya, tersedia bila diperlukan, terjangkau oleh penderita.
CARA KERJA ANTIBIOTIKA
Untuk memahami cara kerja antibiotika, perlu diketahui dahulu dua jenis kuman yang banyak menimbulkan penyakit, yaitu bakteri dan virus. Meskipun ada beberapa bakteri dan virus tertentu yang dapat menyebabkan penyakit dengan gejala yang mirip, tetapi baik bakteri dan virus mempunyai cara reproduksi serta penyebaran penyakit yang berbeda.
1.    Bakteri
Bakteri merupakan organisme hidup bersel satu. Bakteri dapat ditemukan dimana saja dan sebagian besar tidak menimbulkan bahaya atau malah menguntungkan seperti misalnya lactobacillus, yaitu bakteri yang hidup di usus halus dan membantu untuk mencerna makanan. Tetapi ada juga bakteri yang berbahaya dan menimbulkan penyakit karena menyerang tubuh, berkembang biak dan menggangu fungsi normal tubuh. Antibiotika efektif untuk melawan bakteri karena dapat membunuh organisme tersebut serta menghambat pertumbuhan ataupun reproduksi bakteri.
2.    Virus
Virus bukan merupakan makhluk hidup dan tidak dapat berdiri sendiri. Virus merupakan partikel yang berisi materi genetic yang dibungkus  oleh lapisan protein. Virus hanya dapat hidup, tumbuh dan bereproduksi hanya setelah mereka masuk ke dalam sel hidup. Sebagian virus dapat dimusnahkan oleh system kekebalan tubuh sebelum mereka menimbulkan penyakit akan tetapi ada juga virus jenis lain (seperti virus flu) yang menimbulkan penyakit tetapi dapat hilang dengan sendirinya. Virus tidak bereaksi terhadap antibiotika sama sekali.


MANFAAT ANTIBIOTIKA
Antibiotika adalah senyawa kimia yang dibuat untuk melawan bibit penyakit, khususnya kuman. Ada beragam jenis kuman, ada kuman yang besar, ada yang kecil, dengan sifat yang beragam pula.
Kuman cenderung bersarang di organ tertentu di tubuh yang ditumpanginya. Ada yang suka di otak, di paru-paru, di usus, saraf, ginjal, lambung, kulit, atau tenggorok, dan lainnya. Di organ-organ tempat bersarangnya itu, kuman tertentu menimbulkan infeksi. Kuman tipus menimbulkan penyakit tipus di usus, kuman TBC di paru-paru, selain bisa juga di tulang, ginjal, otak, dan kulit. Kuman lepra di saraf dan kulit, kuman difteria di tenggorokan, tetanus di saraf, dan banyak lagi.
Selain itu, ada pula jenis antibiotika yang sempit pemakaiannya, spesifik hanya untuk kuman-kuman tertentu saja. Misalnya, antibiotika untuk kuman TBC (mycobacterium tuberculosis), untuk lepra atau kusta (mycobaterium leprae), atau untuk tipus (salmonella tyhphi).


KAPAN ANTIBIOTIKA DIGUNAKAN
Antibiotika digunakan jika ada infeksi oleh kuman. Infeksi terjadi jika kuman memasuki tubuh. Kuman memasuki tubuh melalui pintu masuknya sendiri-sendiri. Ada yang lewat mulut bersama makanan dan minuman, lewat udara napas memasuki paru-paru, lewat luka renik di kulit, melalui hubungan kelamin, atau masuk melalui aliran darah, lalu kuman menuju organ yang disukainya untuk bersarang.
Gejala umum tubuh terinfeksi biasanya disertai suhu badan meninggi, demam, nyeri kepala, dan nyeri. Infeksi di kulit menimbulkan reaksi merah meradang, bengkak, panas, dan nyeri. Contohnya bisul. Di usus,
bergejala mulas, mencret. Di saluran napas, batuk, nyeri tenggorok, atau sesak napas. Di otak, nyeri kepala. Di ginjal, banyak berkemih, kencing merah atau seperti susu.
Penyakit yang disebabkan bukan oleh kuman tidak mempan diobati dengan antibiotika. Untuk virus diberi antivirus, dan untuk parasit diberi antinya, seperti antimalaria, antijamur, dan anticacing. Jika infeksi oleh jenis kuman yang spesifik, biasanya dokter langsung memberikan antibiotika yang sesuai dengan kuman penyebabnya. Misal bisul di kulit, tetanus, difteria, tipus, atau infeksi mata merah.
Untuk infeksi yang meragukan, diperlukan pemeriksaan khusus untuk memastikan jenis kuman penyebabnya. Caranya dengan melakukan pembiakan (kultur) kuman. Bahan biakannya diambil dari darah atau air liur, dahak, urine, tinja, cairan otak, nanah kemaluan, atau kerokan kulit.
Dengan biakan kuman, selain menemukan jenis kumannya, dapat langsung diperiksa pula jenis antibiotika yang cocok untuk menumpasnya (tes resistensi). Dengan demikian, pengobatan infeksinya lebih tepat. Jika tidak dilakukan tes resistensi, bisa jadi antibiotika yang dianggap mampu sudah tidak mempan, sebab kumannya sudah kebal terhadap jenis antibiotika yang dianggap ampuh tersebut.
EFEK SAMPING ANTIBIOTIKA
Seperti obat umumnya, antibiotika juga punya efek samping masing-masing. Ada yang berefek buruk terhadap ginjal, hati, ada pula yang mengganggu keseimbangan tubuh. Pasien dengan gangguan hati, misalnya, tidak boleh diberikan antibiotika yang efek sampingnya merusak hati, sekalipun ampuh membasmi kuman yang sedang pasien idap.
Dokter perlu memilihkan antibiotika lain, mungkin kurang ampuh, namun tidak berefek pada hati.
Namun, jika suatu antibiotika tidak ada penggantinya, antibiotika tetap dipakai, dengan catatan, bahaya efek samping pada seorang pasien memerlukan monitoring oleh dokter, jika dipakai untuk jangka waktu yang lama. Antibiotika untuk TBC, misalnya, yang diminum sedikitnya 6 bulan, perlu pemeriksaan fungsi hati secara berkala, agar jika sudah merusak hati, obat dipertimbangkan untuk diganti.
BAHAYA TERLALU SERING MENGGUNAKAN ANTIBIOTIKA
Pemakaian antibiotika yang terlalu sering tidak dianjurkan. Di negara kita, orang bebas membeli antibiotika dan memakainya kapan dianggap perlu. Sedikit batuk pilek, langsung minum antibiotika. Baru mencret sekali, langsung antibiotika. Padahal belum tentu perlu. Kenapa?
Belum tentu batuk pilek disebabkan oleh kuman. Awalnya oleh virus. Jika kondisi badan kuat, penyakit virus umumnya sembuh sendiri. Yang perlu dilakukan pada penyakit yang disebabkan oleh virus adalah
memperkuat daya tahan tubuh dengan cukup makan, istirahat, dan makanan bergizi. Pemberian antibiotika pada batuk pilek yang disebabkan oleh virus hanya merupakan penghamburan dan merugikan badan, sebab memikul efek samping antibiotika yang sebetulnya tak perlu terjadi.
Kasus batuk pilek virus yang sudah lama, yang biasanya sudah ditunggangi oleh kuman, baru membutuhkan antibiotika untuk membasmi kumannya, bukan untuk virus flunya. Tanda batuk pilek membutuhkan antibiotika adalah dengan melihat ingusnya. Yang tadinya encer bening sudah berubah menjadi kental berwarna kuning-hijau. Selama ingusnya masih encer bening, antibiotika tak diperlukan.
Minum antibiotika kelewat sering juga mengganggu keseimbangan flora usus. Kita tahu, dalam usus normal tumbuh kuman yang membantu pencernaan dan pembentukan vitamin K. Selain itu, di bagian-bagian tertentu tubuh kita juga hidup kuman-kuman jinak yang hidup berdampingan dengan damai dengan tubuh kita. Di kemaluan wanita, di kulit, di mulut, dan di mana-mana bagian tubuh ada kuman yang tidak mengganggu namun bermanfaat (simbiosis).
Terlalu sering minum antibiotika berarti membunuh seluruh kuman jinak yang bermanfaat bagi tubuh. Jika populasi kuman jinak yang bermanfat bagi tubuh terbasmi, keseimbangan mikroorganisme tubuh bisa terganggu, sehingga jamur yang tadinya takut oleh kuman-kuman yang ada di tubuh kita berkesempatan lebih mudah menyerang.

Itu maka, banyak orang yang setelah minum antibiotika yang kelewat lama, kemudian terserang penyakit jamur. Bisa jamur di kulit, usus, seriawan di mulut, atau di mana saja. Keputihan sebab jamur pada wanita, antara lain lantaran vagina kelewat bersih oleh antisepsis yang membunuh kuman bermanfaat di sekitar vagina (Doderlein).
BERAPA LAMA MENGKONSUMSI ANTIBIOTIKA
Lama pemakaian antibiotika bervariasi, tergantung jenis infeksi dan kuman penyebabnya. Paling sedikit 4 -5 hari. Namun, jika infeksinya masih belum tuntas, antibiotika perlu dilanjutkan sampai keluhan dan gejalanya hilang. Pada tipus, perlu beberapa minggu. Demikian pula pada difteria, tetanus. Paling lama pada TBC yang memakan waktu berbulan-bulan.
Pada infeksi tertentu, setelah pemakaian antibiotika satu kir, perlu dilakukan pemeriksaan biakan kuman ulang untuk memastikan apakah kuman sudah terbasmi tuntas. Infeksi saluran kemih, misalnya, setelah selesai satu kir antibiotika dan keluhan gejalanya sudah tiada, biakan kuman dilakukan untuk melihat apa di ginjal masih tersisa kuman. Jika masih tersisa kuman dan antibiotikanya tidak dilanjutkan, penyakit infeksinya akan kambuh lagi.

Termasuk pada infeksi gigi. Sakit gigi biasanya disebabkan oleh adanya kuman yang memasuki gusi dan tulang rahang melalui gigi yang bolong. akibatnya gusi membengkak dan nyeri. Antibiotika diberikan sampai keluhan nyeri gigi hilang. Jika antibiotika hanya diminum sehari-dua, kuman di dalam gusi belum mati semua, sehingga infeksi gusi dan sakit gigi akan kambuh lagi.
B.   Definisi resistensi, Klasifikasi resistensi, Mekanisme terjadinya resistensi, Akibat yang ditimbulkan akibat resistensi antibiotika.
DEFINISI RESISTENSI
Resistensi adalah mekanisme tubuh yang secara keseluruhan membuat rintangan untuk berkembangnya penyerangan atau pembiakan agent menular atau kerusakan oleh racun yang dihasilkannya.
Resistensi antibiotika timbul bila suatu antibiotika kehilangan kemampuannya untuk secara efektif mengendalikan atau membasmi pertumbuhan bakter; dengan kata lain bakteri mengalami “resistensi” dan terus berkembangbiak meskipun telah diberikan antibiotika dalam jumlah yang cukup untuk pengobatan.

KLASIFIKASI RESISTENSI
Resistensi antibiotika dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu resistensi alami dan resistensi yang didapat.
1.     Resistensi alami.
 Resistensi alami merupakan sifat dari antibiotika tersebut yang  memang kurang atau tidak aktif terhadap kuman, contohnya Pseudomonas aeruginosa yang tidak pernah sensitive terhadap chloramphenicol.
2.     Resistensi yang di dapat.
Resistensi yang didapat yaitu apabila kuman tersebut sebelumnya sensitive terhadap suatu suatu antibiotika kemudian berubah menjadi resisten, contohnya ialah Pseudomonas aeruginosa resisten terhadap ceftazidime.
AKIBAT YANG TIMBUL KARENA  RESISTENSI  ANTIBIOTIKA
-    Infeksi bakteri resisten antibiotika lebih sulit disembuhkan.
-    Sakit lebih lama.
-    Butuh antibiotika lebih kuat (lebih toksik).
-    Butuh biaya pengobatan lebih mahal.
-    Kematian pada penderita.
MEKANISME TERJADINYA  RESISTENSI
Untuk mendapatkan efek terapi,antibiotika pertama kali harus mencapai target kedalam sel kuman. Kuman gram negatif mempunyai outer membrane yang sedikit menghambat antibiotika masuk kedalam sitoplasma. Selanjutnya apabila terjadi mutasi dari lubang pori outer membrane berakibat antibiotika menjadi lebih sulit masuk kedalam sitoplasma atau menurunnya permeabilitas membrane terhadap antibiotika,oleh karena lubang pori dari outer membrane tersebut tidak bersifat selektif maka satu mutasi dari pori tersebut dapat menghambat masuknya lebih dari satu jenis antibiotika.
Ada berbagai mekanisme yang menyebabkan suatu populasi kuman mejadi resisten terhadap antibiotika, mekanisme itu antara lain :
1.    Mikroorganisme memproduksi enzym yang merusak daya kerja obat, contohnya adalah stafilokokus yang resisten terhadap penisilin disebabkan karena stafilokokus memproduksi enzym beta laktam yang memecah cincin beta laktam dari penisilin sehingga penisilin tidak aktif lagi bekerja.
2. Terjadinya perubahan permeabilitas kuman terhadap obat tertentu, contohnya adalah streptokokus yang mempunyai barier alami terhadap obat golongan aminoglikosida.
3. Terjadinya perubahan pada tempat tertentu dalam sel sekelompok mikroorganisme yang menjadi target obat, misalnya obat golongan aminoglikosida yang memecah atau membunuh kuman karena obat ini merusak sistem ribosom sub unit 30S. Bila oleh suatu hal,tempat/lokus kerja obat pada ribosom sub unit 30S berubah, maka kuman tidak lagi sensitif terhadap golongan obat ini.
4. Terjadinya perubahan pada metabolic pathway yang menjadi target obat,misalnya kuman yang resisten terhadap obat golongan sulfonamida, tidak memerlukan PABA dari luar sel, tapi dapat menggunakan asam folat, sehingga sulfonamida yang berkompetisi dengan PABA tidak berpengaruh pada metabolisme sel.
5. Terjadi perubahan enzymatik sehingga kuman meskipun masih dapat hidup dengan baik, tapi kurang sensitif terhadap antibiotik, contohnya adalah kuman yang sensitif terhadap sulfonamida yang mempunyai affinitas yang lebih besar terhadap sulfonamida dibandingkan dengan PABA sehingga kuman akan mati.



ASAL MULA TERJADINYA RESISTENSI KUMAN TERHADAP OBAT
Asal mula yang menyebabkan Resistensi kuman terhadap obat dibagi menjadi sebab non genetik dan genetik.
1.    Sebab-sebab non genetik
Hampir semua obat antibiotika bekerja baik pada masa aktif pembelahan kuman, dengan demikian, populasi kuman yang tidak berada pada fase pembelahan aktif pada umumnya relatif resisten terhadap obat. Misalnya kuman TBC yang tinggal didalam jaringan dan tidak membelah aktif karena adanya mekanisme pertahanan badan, maka pada kondisi ini obat anti TBC tidak dapat membunuh kuman TBC tersebut.
2.    Sebab-sebab genetik
Terjadinya resistensi kuman terhadap antibiotika umumnya terjadi karena perubahan genetik. Perubahan genetik bisa terjadi secara kromosomal maupun ekstra kromosomal dan perubahan genetik tersebut dapat ditransfer dari satu spesies kuman kepada spesies kuman lain melalui berbagai mekanisme,yaitu :

a. Resistensi kromosomal
Resistensi kuman terhadap antibiotika yang mempunyai sebab genetik kromosomal misalnya terjadi karena mutasi spontan pada lokus ADN yang mengontrol susceptibility terhadap obat tertentu, sebagai contoh adalah protein P12 pada ribosom kuman sub unit 30S adalah reseptor dari antibiotika streptomisin. Mutasi pada gen yang mengontrol struktur protein P12 tersebut akan menyebabkan kuman menjadi resisten terhadap streptomisin.
b.    Resistensi ekstra kromosomal
Bakteri mengandung pula materi genetik yang ekstrakromosomal yang disebut plasmid. Plasmid adalah molekul DNA yang bulat/sir­kuler :
-  Mempunyai berat 1-3% dari kromo­som bakteri.
- Berada bebas dalam sitoplasma bakteri.
- Adakalanya dapat bersatu ke dalam kromosom bakteri.
- Dapat melakukan replikasi sendiri secara otonom.
- Dapat pula berpindah atau dipindahkan dari satu spesies ke
   spesies lain.
          Beberapa contoh dari plasmid adalah:
-  Faktor R
Faktor R adalah satu golongan plasmid yang membawa gen-gen untuk resistensi terhadap satu atau lebih antibiotika dan logam berat. Contoh: Plasmid yang menentukan resistensi untuk penisilin dan sefalosporin memproduksi ensim beta laktamase.
-       Toksin
Beberapa toksin dari kuman juga merupakan produk dari plasmid, misalnya Enterotoksige­nik Escherichia coli memproduksi toksin yang menyebabkan diare pada anak.



c.    Resistensi silang
Satu populasi kuman yang resisten terhadap satu obat tertentu dapat pula resisten terhadap obat yang lain yang mempunyai mekanisme kerja obat yang mirip satu sama lain. Hal ini misalnya terjadi pada obat-obatan yang komposisi kimianya ham­pir sama, misalnya antara polimiksin B dengan kolistin, eritromisin dengan oleandomisin, dan neomisin dengan kanamisin.
PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIBIOTIKA
1.    Antibiotika yang diketahui menimbulkan masalah resistensi harus dibatasi penggunaannya .
2.    Pemberian resep yang tepat sehingga masyarakat tidak boleh Menggunakan Antibiotik sembarangan tanpa rujukan dokter. Sebab, jenis dan dosis antibiotik pun ada banyak ragamnya.
3.    Penggunaan dosis yang tepat dimana pemberian antibiotika pada anak tentu dosisnya lebih kecil dari orang dewasa.
4.    Lama pemberian obat yang tepat dimana antibiotika diberikan lebih dari 3 hari sehingga kuman betul-betul telah mati.


5.  Interval pemberian obat yang tepat yaitu ada jenis antibiotik yang
     dikonsumsi satu kali dalam sehari, dua kali, atau tiga kali sehari.
     Bahkan, ada juga yang harus mengonsumsinya dua tablet dua
     kali sehari.

BEBERAPA JENIS ANTIBIOTIKA SERTA RESISTENNYA
Dibawah ini akan dibahas beberapa kelompok antibiotika serta resistensi yang terjadi :
1.    PENISILIN
Penisilin diperoleh dari jamur Penicillium chrysogenum; dari berbagai macam jenis yang dihasilkan, perbedaannya hanya ter­letak pada gugusan samping R saja, Benzilpenisilin (pen-G) ternyata paling aktif. Sedangkan Sefalosporin diper­oleh dari jamur Cephaloritun acremonium yang berasal dari Sicilia (1943).
Kedua kelompok antibiotika memiliki rumus bangun serupa, keduanya memiliki Cincin beta-laktam. Cincin ini merupakan syarat mutlak untuk khasiatnya. jika cincin ini dibuka misalnya oleh enzim beta-laktamase (penisilinase atau sefalos­porinase), maka zat menjadi inaktif.
Pada umumnya penisilinase hanya dapat mengin­aktifkan penisilin dan tidak sefalosporin, kebalikannya berlaku untuk sefalosporinase.
AktivitasPenisilin-G dan turunannya bersifat bakte­risid terhadap kuman Gram-posi­tif dan hanya beberapa kuman Gram-negatif. Penisilin termasuk antibiotika spektrum-sempit, begitu pula penisilin-V dan analognya. Ampisilin dan turunannya, sedang sefalosporin memiliki spektrum-kerja lebih luas, yang meliputi banyak kuman Gram-negatif, antara lain H. infiuenzae, E. coli, dan P mirabilis. Beberapa sefalosporin bahkan aktif terhadap kuman Pseudomonas.
Mekanisme kerja Penisilin melalui dinding-sel kuman terdiri dari suatu jaringan peptidoglikan, yaitu polimer dari senyawa amino dan gula, yang saling terikat satu dengan yang lain (crosslinked) dan dengan demikian memberikan ke­kuatan mekanis pada dinding. Penisilin dan sefalosporin menghindarkan sintesa Iengkap dari polimer ini yang spesifik bagi kuman dan disebut murein. Bila sel tumbuh dan plasmanya bertambah atau menyerap air dengan jalan osmosis, maka dinding-sel yang tak sempurna itu akan pecah dan bak­teri musnah.
Resistensi penisilin terjadi dimana kuman untuk melin­dungi diri terhadap efek mematikan dari antibiotika beta-laktam adalah pemben­tukan enzim beta-laktamase. Semula hanya Stafilococci dan E. coli berdaya membentuk penisilinase dalam plasmid, yang mengan­dung gen-gen (faktor keturunan) untuk sifat ini. Tetapi gen-gen tersebut telah ditularkan ke kuman lain dengan jalan penggabungan (konyugasi). Maka, kini kebanyakan kuman memiliki kemampuan ini dan resistensi telah disebarluaskan dengan pesat. Untuk mengatasi masalah resistensi kuman yang amat serius ini, peneliti telah mensintesa dua jenis senyawa, yaitu derivat yang tahan laktamase dan yang memblok laktamase
2.    SEFALOSPORIN
Sefalosporin termasuk antibiotika beta-lak­tam dengan struktur, khasiat dan sifat yang banyak mirip penisilin. Diperoleh secara semisintetis dari sefalosporin C yang diha­silkan jamur Cephalosporium ncremonium. Inti senyawa ini adalah 7-ACA (7-arnino-cep{ut­losporanic acid) yang banyak mirip inti-peni­silin 6-APA (6-aminopenicillanic acid). Pada dasawarsa terakhir, puluhan turunan sefalosporin baru telah dipasarkan yang struktumya diubah secara kimiawi dengan maksud memperbaiki aktivitasnya.
Spektrum-kerjanya luas dan meliputi banyak kuman Gram positif dan negatif, termasuk E. coli, klabsiella, dan Proteus. Berkhasiat bakterisid dalam fase pertum­buhan kuman, berdasarkan penghambatan sintesa peptidoglikan yang diperlukan kuman untuk ketangguhan dindingnya. Kepe­kaannya untuk beta-laktamase lebih rendah daripada pensilin.
Penggolongan menurut khasiat antimikrobanya dan resis­tensinya terhadap beta-laktamase, sefalosporin lazimnya digolongkan sebagai ber­ikut.
a.    Generasi ke-1: sefalotin dan sefazolin, sefradin, sefaleksin, dan sefadroksil. Zat-zat ini terutama aktif terhadap cocci Gram­positif, tidak berdaya terhadap gono­cocci, H. influenzae, Bacteroides, dan Pseudomonas. Pada umumnya tidak tahan terhadap laktamase.
b.    Generasi ke-2: sefaklor, sefamandol, sefmetazol, dan sefuroksim lebih aktif ter­hadap kuman Gram-negatif, termasuk H. influenzae, Proteus, Klebsiella, gono­cocci, dan kuman-kuman yang resisten untuk amoksisilin. Obat-obat ini agak kuat tahan-laktamase. Khasiatnya ter­hadap kuman Gram-positif (Staf. dan Strep.) lebih kurang sama.
c.    Generasi ke-3: sefoperazon, sefotaksim, sef­tizoksim, seftriakson, sefotiam, sefiksim, dan sefprozil. Aktivitasnya terhadap kuman Gram-negatif lebih kuat dan lebih luas lagi dan meliputi Pseudomonas dan Bacteroides, khususnya seftazidim, sefsu­lodin dan sefepim. Resistensinya terhadap laktamase juga lebih kuat, tetapi khasiat­nya terhadap stafilokok jauh lebih ringan. Tidak aktif terhadap MRSA dan MRSE (Methicillin Resistant Staphylo­coccus Epidermis).
d.    Generasi ke-4: sefepim dan sefpirom. Obat-obat baru ini (1993) sangat resisten terhadap laktamase dan sefepim, juga aktif sekali terhadap Pseudomonas.

3.     AMINOGLIKOSIDA
Aminoglikosida dihasilkan oleh jenis fungi Streptomyces dan Micromonospora. Semua senyawa dan turunan semi-sintetis­nya mengandung dua atau tiga gala-amino di dalam molekulnya, yang saling terikat secara glukosidis. Adanya gugusan ­amino, zat-zat ini bersifat basa lemah dan garam-sulfatnya yang digunakan dalam terapi mudah larut di air.

Spektrum-kerjanya luas dan meliputi ter­utama banyak bacilli Gram-negatif, antara lain E. coli, H. influenzae, Klebsiella, Proteus, Enterobacter, Salmonella, dan Shigella. Obat ini juga aktif terhadap gonococci dan sejum­lah kuman Gram-positif (antara lain Staphyl. aureus/epidermis). Streptomisin, kanamisin, dan amikasin aktif terhadap kuman tahan­ asam Mycobacterium (tbc dan lepra). Ami­kasin dan tobramisin berkhasiat kuat ter­hadap Pseudomonas, sedangkan gentamisin lebih ringan. Tidak aktif terhadap kuman anaerob. Amikasin memiliki spektrum-kerja yang paling luas, sedangkan aktivitas kerja gentamisin dan tobramisin sangat mirip.
Aktivitasnya adalah bakterisid, berdasar­kan dayanya untuk mempenetrasi dinding bakteri dan mengikat diri pada ribosom di dalam sel. Proses translasi (RNA dan DNA) diganggu sehingga biosintesa proteinnya dikacaukan. (Ribosom adalah partikel-par­tikel kecil dalam protoplasma sel, yang kaya akan RNA, tempat terjadinya sintesa pro­tein). Efek ini tidak saja terjadi pada fase pertumbuhan, melainkan juga bila kuman tidak membelah diri.


Resistensi dapat terjadi agak pesat akibat terbentukya enzim yang merombak struktur antibiotikum. Informasi genetis bagi enzim-enzim itu dapat ditulari melalui plasmid, hingga resistensi dapat menjalar ke kuman lain. Streptomisin dan kanamisin paling sering mengalami resistensi, amikasin paling jarang. Kombinasi dengan antibiotika betalak­tam menghambat terjadinya resistensi. Di samping itu, kombinasinya juga saling memperkuat kerjanya (potensiasi).
4.    TETRASIKLIN
Senyawa tetrasiklin semula (1948) diperoleh dari Streptomyces aureofaciens (klorte­trasiklin) dan Streptomyces rimosus (oksite­trasiklin). Tetapi setelah 1960, zat-induk tetrasiklin mulai dibuat secara sintetis seluruhnya, yang kemudian disusul oleh derivat -oksi dan -klor serta senyawa long acting doksisiklin dan minosiklin Khasiatnya bersifat bakteriostatis, hanya melalui injeksi intravena dapat dicapai kadar plasma yang bakterisid lemah.
Mekanisme kerjanya berdasarkan diganggunya sintesa protein kuman. Spektrum kerjanya luas dan meliputi banyak cocci Gram positif dan Gram-negatif serta kebanyakan bacilli, kecuali Pseudomonas dan Proteos.

5.    MAKROLIDA DAN LINKOMISIN
Kelompok antibiotika ini terdiri dari eritro­misin (EM) dengan derivat-derivatnya klar­itromisin (KM), roxitromisin (RM), azitro­misin (AM), dan diritromisin (DM). Spiramisin dianggap termasuk kelompok ini karena rumus bangunnya yang serupa, yaitu cincin lakton besar (makro) yang mana terikat turunan gula (1,2). Linkomisin dan klindamisin secara kimiawi berbeda de­ngan eritromisin, tetapi mirip sekali menge­nai aktivitas, mekanisme kerja dan pola resistensinya, bahkan terdapat resistensi­ silang.
Resistensi pada antibiotika ini adalah dengan mengikat ribosom dengan adanya perubahan pada ribosom oleh enzim rRNA methilase, maka tidak akan terjadi ikatan antibiotika dengan ribosom kuman.
6.    POLIPEPTIDA
Kelompok ini terdiri dari polimiksin B dan polimiksin E (= kolistin), basitrasin dan gramisidin, dan bercirikan struktur polipep­tida siklis dengan gugusan amino bebas. Berlainan dengan antibiotika lainnya yang diperoleh dari jamur, obat-obat ini dihasil­kan oleh jenis bakteri. Polimikcin hanya aktif terhadap kuman Gram-negatif terma­suk Pseudornonas, sedangkan basitrasin dan gramisidin terutama terhadap kuman Gram­ positif.

7.    KLORAMFENIKOL KEMICETINE
Semula diperoleh dari sejenis Strepto­myces (1947), tetapi kemudian dibuat wears sintetis. Antibiotikum brardsyectrum ini ber­khasiat terhadap hampir semua kuman Gram-positif dan sejumlah kuman Gram ­negatif, jugs terhadap spirokhaeta, Chlamy­dur trachomatis dan Mycoplasma_ Tidak aktif terhadap kebanyakan suku Pseudomonas, Proteus, dan Enterobacter.
Resistensi dapat timbul dengan agak lam­bat , tetapi resistensi ekstra-kromosomal melalui plasmid juga terdapat, antara lain terhadap basil tifus perut.












                                               BAB III
                                                  PENUTUP
A.   KESIMPULAN
Antibiotika berasal dari kata Anti yang berarti lawan dan Bios berarti hidup. Antibiotika adalah zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri, yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman.
Resistensi adalah mekanisme tubuh yang secara keseluruhan membuat rintangan untuk berkembangnya penyerangan atau pembiakan agent menular atau kerusakan oleh racun yang dihasilkannya.
Resistensi antibiotika timbul bila suatu antibiotika kehilangan kemampuannya untuk secara efektif mengendalikan atau membasmi pertumbuhan bakter; dengan kata lain bakteri mengalami “resistensi” dan terus berkembangbiak meskipun telah diberikan antibiotika dalam jumlah yang cukup untuk pengobatan.


A.       SARAN
                        Kami menyarankan kepada mahasiswa farmasi agar dapat mengetahui penggunaan antibiotik yang baik dan benar serta resistensi dari obat yang digunakan sehingga memperoleh hasil yang maksimal.













DAFTAR PUSTAKA

Levy SB. The callenge of antibiotic resistence. Sci Am 1998.
Charles L et al. Macrolide antibiotics. Drugs 1997.
Degener JE. De gevolgen van bacteriele resistentie tegen antibiotika.
                Geneesm Bull 1999.
www. Bahaya resistensi antibiotika.com

1 komentar: